Memetik hikmah ditengah wabah - part III
- Suara Alam Semesta -
sebuah opini dari hati oleh Tegar Rimbara
Sudah
dua minggu sejak kebijakan bekerja dari rumah work from home diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Jakarta dan
dibeberapa kota besar lainnya di Indonesia. Arahan untuk wfh ini dilakukan
dalam upaya meminimalisir penyebaran virus corona. Selain itu beberapa
perusahaan yang tidak menerapkan wfh mereka menerapkan sistem shift bagi
karyawannya agar tak perlu ke kantor setiap hari. Tak hanya soal imbauan work from home, pemerintah juga
mengimbau warganya untuk tetap berada di rumah dan beraktivitas ke luar jika
memang penting. Tagar #dirumahaja juga digaungkan di seluruh media sosial. Akibat pemberlakukan kebijakan ini,
jalan-jalan di beberapa kota besar di Indonesia terpantau cukup lengang dibandingkan
hari biasanya. Ada hikmah tersembunyi di balik imbauan pemerintah ini
supaya masyarakat tetap berada di rumah setidaknya untuk beberapa minggu
kedepan. Meski pemerintah tidak menjamin keberlangsungan hidup masyarakatnya
yang beraktivitas dirumah.
Selain diharapkan bisa memutus rantai
penyebaran virus corona, anjuran ini juga berkontribusi terhadap perbaikan
kualitas udara. Menurut lembaga pemeringkat kualitas udara AirVisual, kualitas
udara di Indonesia khususnya di kota Jakarta per hari ini (23/4/2020) pukul
12.51 WIB, menunjukkan udara di Jakarta makin bersih, dengan indikator moderate
atau sedang. Berdasarkan data Air Quality Index (AQI), tingkat polusi udara
Jakarta berada di angka 85, dengan PM 2,5 di angka 28,3 µg/m³. AQI dihitung
berdasarkan enam jenis polutan utama, yaitu PM 2,5, PM 10, karbon monoksida,
asam belerang, nitrogen dioksida, dan ozon permukaan tanah. Jika dibandingkan dengan kota-kota di negara
lain, kualitas udara Jakarta menempati ranking 19. Peringkat pertama dan kedua
kota paling polusi di dunia hingga pukul 12.51 WIB (23/4/2020), ditempati oleh
Chiang Mai, Thailand (AQI 204) dan Dubai, Uni Emirat Arab (AQI 161). AirVisual
juga memprediksikan kualitas udara di Jakarta akan semakin bersih dalam beberapa
hari mendatang.
Selain itu, dari Data Badan Lingkungan
Eropa (EEA) menunjukkan bahwa konsentrasi pencemar udara di Negara Italia
khususnya di kota Roma dan Milan telah turun hingga 50 persen, sejak warganya
tidak beraktivitas diluar. Sementara badan pengawas kualitas udara Paris mencatat
penurunan polusi hingga 30 persen. Kota-kota di Inggris juga terlihat mengalami
penurunan polusi.
"Kualitas udara telah mulai membaik di banyak kota-kota
Inggris, mencerminkan apa yang telah dilihat di negara-negara lain yang
membatasi perjalanan dan tingkat aktivitas di luar ruangan,"
kata Profesor Alastair Lewis, dari National Centre for Atmospheric Science,
University of York. Dia juga menjelaskan bahwa kurangnya volume lalu lintas
kendaraan juga mengurangi polusi udara, Selain itu partikel halus (PM2.5) juga
berkurang secara signifikan. Partikel halus yang terhirup ini memiliki diameter
yang umumnya berukuran 2,5 mikrometer bahkan lebih kecil. Polusi udara
dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti stroke, penyakit jantung, kanker,
paru-paru, penyakit pernapasan dan infeksi, serta menghambat pertumbuhan
paru-paru anak-anak.
Kemunculan virus corona menimbulkan
kepanikan berlebihan yang membuat sejumlah negara dibelahan dunia ini mengambil
kebijakan lockdown guna
mencegah penularan dan penyebaran yang meluas, salah satunya Italia. Dampak
dari lockdown
yang dilakukan Italia ternyata tidak sepenuhnya negatif. Disamping kasus
penjarahan yang mulai terjadi dibeberapa kota dan pengangguran yang merajalela.
Badan Antariksa Eropa mengatakan lockdown
yang dilakukan Italia memiliki efek positif besar pada emisi CO2. Satelit ESA's
Sentinel-5P memperlihatkan konsentrasi nitrogen dioksida di Italia yang
diproduksi oleh mobil dan pembangkit listrik mengalami penurunan drastis sejak
tanggal 1 Januari hingga 12 Maret 2020. Selain itu menurut pantauan NASA dan
Badan Antariksa Eropa kualitas udara di China telah meningkat menjadi lebih
baik secara signifikan sejak 1 Januari 2020. Seperti halnya Italia, isolasi
sosial dan lockdown kota-kota
tertentu di China telah mengurangi lalu lintas mobil di jalan, yang berarti gas
berbahaya yang dipancarkan oleh kendaraan, pembangkit listrik, dan fasilitas
industri hampir berhenti total.
Hal tersebut membuat semesta lebih
baik dari sebelumnya. Sebuah proses untuk memberikan yang terbaik untuk semua
makhluk yang hidup didalamnya. Sudahlah jangan selalu menyalahkan pandemi. Semua
ini adalah Kehendak-Nya, adalah teguran untuk manusia yang terlalu serakah
mengeksploitasi alam. Sebuah teguran untuk manusia-manusia picik yang terlalu
egois demi kepentingan diri sendiri tanpa peduli apa yang terjadi pada alam. Berdamailah
dengan diri, mari kaji lagi apa yang telah kita berikan untuk semesta setelah
kita berpuluh-puluh tahun hidup didalamnya. Apa yang sudah kita lakukan? Melestarikannya
pun tidak. Kita hanya diam ketika alam menjerit kesakitan diterpa berbagai
mesin bor yang semakin hari semakin dalam menggerogoti lapisan tanah. Kita hanya
bisa terpana ketika dengan sengaja pabrik-pabrik membuang limbah ke sungai yang
merupakan sumber kehidupan sebenarnya. Kita hanya bisa diam ketika lereng
pegunungan dijadikan objek wisata atau zona hijau yang seharusnya menjadi
paru-paru kota dieksploitasi oleh para penguasa. Marilah berdamai dengan alam
dengan apa yang kita bisa lakukan.
...bersambung...
Comments
Post a Comment