Buku Bangunlah Jiwanya


Judul buku       : Bangunlah Jiwanya
Penulis             : Tegar Rimbara
Tahun terbit      : 2014
Jumlah             : 185 halaman 
Diterbitkan nulisbuku.com dan cetak secara mandiri

Buku Pertama yang saya tulis tepat pada usia 19 tahun pada saat menjadi seorang mahasiswa. Melalui kata-kata yang dihubungkan dengan rencana dan diaplikasikan dalam aksi nyata. Menghadapi kehidupan tak semudah membalik telapak tangan, menyelesaikan masalah tak cukup dengan berkata, menumbuhkan kerjasama tak sebatas berkenalan. Berkarya tak bisa hanya mengandalkan doa. Dan segala upaya hanya sia-sia jika semua rencana hanya sebatas berkata. Mengabdi pada negara seperti serdadu tentara, menjaga kekayaan alam seperti menjaga bayi dalam kandungan. Semua hanya fiktif belaka jika kita enggan untuk mengungkapkan, hanya sebuah rencana tanpa ada penyelesaian.
Begitu banyak persoalan di negeri kita Indonesia, apa kita pantas hanya duduk diam mendengarkan orang lain berwacana? Acuh pada apa yang ada di sekitar kita, tak memperdulikan kaum minoritas yang sampai saat ini masih kurang sejahtera. Cita-cita yang begitu besar tanpa ada upaya untuk mewujudkannya. Segala mimpi yang membuat seseorang bahagia, tapi enggan menginginkannya jadi nyata. Itulah kita masyarakat Indonesia yang hanya bangga memakai brand Amerika dan meninggalkan beribu warisan nenek moyangnya. Lebih baik makan spagetti dari pada makan ubi. Lebih baik minum vodka dari pada minum es kelapa muda. Masih banyak yang harus diselesaikan dan ditata ulang. Semuanya butuh perjuangan, tak semata perjuangan nenek moyang 1945. Melaikan perjuangan mental masyarakatnya yang harus lebih disadarkan. Kita semua masih terbelenggu dan terlena arus globalisasi dunia tetangga. sedikit demi sedikit Indonesia negara yang kaya akan budaya akan hilang ditelan masa.
Tulisan dalam buku ini adalah perjalanan saya mencari suasana baru dalam mengisi lembaran perkuliahan yang mulai membosankan. Berjalan melewati warung warung mencari akar permasalahan yang terjadi terhadap masyarakat Indonesia, dan yang paling utama adalah permasalahan yang ada pada pemuda. Pemuda di era sekarang adalah pemuda yang mengerikan, apatis terhadap segala hal, meninggalkan semua adat istiadat dan menuju pemuda yang modern tanpa peduli terhadap lingkungan sekitar. Tulisan ini bercerita tentang permasalahan, pandangan masyarakat dan penyelesaian yang harus segera dilakukan.
Didalam buku ini terdapat 3 bab dan beberapa sub bab yang sudah tersusun dengan sistematis. Bab demi bab saya sebut itu sebagai dokumen. Dokumen pertama berisi tentang masalah-masalah yang terjadi di Indonesia, kenapa  masyarakat Indonesia tidak menghargai sejarahnya dengan berucap salah saat mengucapkan nama Indonesia menjadi endonesia. Lalu tentang masuknya budaya-budaya baru yang menggerogoti sendi-sendi kehidupan masyarakat terutama kaum muda. Ketidaksiapan pemuda Indonesia menghadapi budaya baru yang masuk mengakibatkan banyak tatakrama dan budaya asli Indonesia mereka tinggalkan begitu saja. Masih tentang dokumen pertama yaitu banyaknya pengangguran, pengemis, anak jalanan yang terlantar di Indonesia tentang mereka yang saya ceritakan salah satunya. Dan yang terakhir adalah pengabdian seorang guru untuk Indonesia, tentang keterbatasan dan efek yang ditimbulkan. Di sub bab ini saya menceritakan beberapa kejanggalan yang terjadi saat ini, kesenjangan social antara seorang guru dan seorang pegawai pabrik.
Dokumen kedua bercerita tentang membangun kembali rasa nasionalisme dengan beberapa sub bab yang ada didalamnya, antara lain adalah tentang merebut kembali perhatian pemuda Indonesia untuk menghargai, melestarikan dan menjaga semua budaya peninggalan nenek moyangnya. Juga berisi tentang penyelesaian masalah yang ada di lingkungan sekitar kita,berbagai solusi efektif yang harus dilakukan mendasar untuk mengubah pola pikir pemuda itu sendiri. Agar lebih baik dari sebelumnya saya menceritakan beberapa kisah nyata yang sangat inspiratif untuk dibaca dan dipelajari.
Dokumen ketiga berisi tentang pola pikir hampir semua masyarakat di Indonesia yang selalu melihat sesuatu dari luarnya. Pola pikir yang selalu salah dan harus diubah dengan cara menghadirkan cerita inspiratif menganalogikan tentang jurang yang dangkal. Dimana dalam menjalani kehidupan kita tidak boleh berburuk sangka kepada orang yang belum kita kenal. Sebaiknya ita harus mengenalinya terlebih dahulu. Atau dalam kata lain jangan terus beranggapan jika luarnya rapih maka isinya pun bagus.
Semua itu saya tulis dalam sebuah tulisan berjudul “Bangunlah Jiwanya”. mengapa tulisan itu saya beri judul “Bangunlah Jiwanya”? karena sebelum melangkah kedepan, sebaiknya kita terlebih dahulu benahi dulu apa yang ada didalam diri kita sendiri, sebelum menilai orang lain, nilai dulu diri kita sendiri itu pun bisa membawa kita kedalam pola pikir yang baru. Sebelum raga ini kita bangun, bangunlah jiwa kita terlebih dahulu.

Comments

Popular posts from this blog

Corpus Studiosorum Bandungense CSB1920 bagian pertama

Memetik hikmah ditengah wabah - part III